(Note:
Gambar Rekayasa)
Sindrom ini diberi nama
sesuai dengan penemunya, yaitu Jules Cotard, seorang neurolog Prancis, yang
menemukan kasus unik ini pada tahun 1880. Kondisi ini bisa berasal dari faktor
neurologis atau mental, terutama penyakit mental yang berhubungan dengan depresi.
Karena penyakit ini begitu
langka, penanganan yang tepat untuk penyakit ini masih belum diketahui. Banyak
Psikiater yang telah mencoba terapi antipsikotik, namun tidak juga membuahkan
hasil. Tetapi belakangan disebutkan bahwa ada empat kasus yang sedikit terbantu
dengan terapi kejut listrik.
Banyak laporan yang positif
berguna dengan Electroconvulsive Therapy, kebanyakan terkombinasi dengan
Pharmacotherapy. Walking corpse syndrome bukanlah penyakit menular.
Contoh
Kasus
Seorang pria Inggris, yang
diidentifikasi bernama Graham, terbangun 9 tahun yang lalu dan benar-benar
yakin bahwa ia tidak lagi hidup meskipun masih bernapas.
Dokter mendiagnosisnya
dengan Sindrom Cotard, yang juga dikena lsebagai 'Walking Corpse Syndrome'
karena membuat orang berpikir bahwa dirinya telah berubah menjadi zombie. Namun
Graham tidak mempercayai diagnosis dokter dan bersikeras bahwa otaknya sudah
mati.
Kondisi yang tidak biasa ini
muncul setelah Graham, yang menderita depresi berat, mencoba bunuh diri dengan
membawa alat listrik bersamanya ke kamar mandi.
Delapan bulan kemudian dia
mengatakan kepada dokter bahwa otaknya telah mati atau hilang. Dia kehilangan
minat merokok, berhenti berbicara dan menolak untuk makan karena ada titik
'saya sudah mati'. Butuh beberapa bulan terapi dan pengobatan untuk membuatnya
mendekati kehidupan normal.
"Saya tidak ingin
menghadapi orang-orang. Tidak ada gunanya. Saya tidak merasakan kesenangan
dalam segala hal. Dulu saya mengidolakan mobil saya, tapi sekarang tidak lagi.
Semua hal menarik pergi. Saya kehilangan rasa bau dan perasaan. Tidak ada
gunanya makan karena saya sudah mati. Buang-buang waktu berbicara karena saya
tidak pernah punya sesuatu untuk dikatakan," ujar Graham, yang dirujuk ke
ahli saraf di University of Exeter dan University of Liege di Belgia, seperti
dilansir Telegraph.
Menurut dokter, hasil scan
menunjukkan tingkat aktivitas di bagian otak Graham begitu rendah dan lebih
konsisten dengan seseorang dalam keadaan vegetatif.
"Saya telah
menganalisis scan (otak) selama 15 tahun dan saya belum pernah melihat orang
yang bisa berdiri, yang berinteraksi dengan orang-orang, dengan seperti hasil
pemindaian yang abnormal. Fungsi otak Graham menyerupai seseorang selama
anestesi atau tidur," jelas Steven Laureys dari University of Liege.
Sindrom Cotard atau yang
dikenal juga dengan Walking Corpse Syndrome (WCS) merupakan salah satu kelainan
neuropsikiatrik yang jarang terjadi. Penderita penyakit ini akan merasa bahwa
ia sudah mati dan tidak ada di dunia lagi.
Selain itu, orang dengan
sindrom Cotard juga merasa bahwa ia sudah kehilangan darah atau organ
internalnya serta bagian-bagian tubuh yang sudah membusuk, padahal sebenarnya
orang tersebut tidak kehilangan apapun.
Sindrom
ini diberi nama sesuai dengan penemunya, yaitu Jules Cotard, seorang neurolog
Perancis yang menemukan kasus unik ini pada 1880. Kondisi ini bisa berasal dari
faktor neurologis atau mental, terutama penyakit mental yang berhubungan dengan
depresi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar